25 October 2006

Perjalanan

22 Oktober 2006 Saya berangkat ke kota S, paginya saya lanjutkan perjalanan jauh ke sebuah kota lagi. yang jelas sebuah ibu kota Propinsi. Sepanjang perjalan kabut asap terlihat sangat tebal, sehingga nafas terasa sesak, seperti telah menghisap berbungkus-bungkus rokok, padahal saya sudah berhenti merokok beberapa bulan lalu.

Adzan magrib menggema tanda perpisahan dengan bulan Ramadhan, dan Takbir berkumandang lantang bersahutan menyambut 1 Syawal. Selama perjalan banyak sekali hal-hal yang berkesan, tapi tidak bisa saya ceritakan disini, karena terlalu banyak. Yang akan saya ceritakan adalah kesan setelah saya sampai di kota tersebut(maaf dirahasiakan).

Saya langsung menuju Masjid yang dinamakan dengan nama sebuah benda langit. Dimana di masjid ini ada beberapa orang yang tinggal atau kos. Mereka kebanyakan dari Mahasiswa atau sarjana-sarjana yang belum mendapat pekerjaan. Tinggal di masjid bagi mereka lebih dari sekedar kos, karena selain gratis juga mereka dapat memperbanyak amal. Tapi, mereka bukanlah sekedar anak kos yang mengharapkan kegratisan dan kemudahan beribadah saja, lebih dari itu, beberapa di antaranya disebut Tuan Syeh. Mereka membangun dan bergabung dengan organisasi yang konon adalah organisasi terbanyak anggotanya di dunia, karena saya belum begitu banyak mendengar organisasi ini, mungkin tak salah bila saya mengatakan organisasi ini mirip dengan organisasi seperti Jamaah Islamiah atau Alqaidah, hanya saja mereka tidak mengajarkan kekerasan seperti yang dituduhkan kepada Alqaidah dan JI oleh Barat. Bahkan saya sangat terkagum-kagum dengan berbagai keberhasilan mereka. Sampai disini dulu soal organisasi mereka mungkin kalau saya sudah penuh menjadi anggota dan kelompok Jamaah ini saya akan korek lebih banyak lagi informasinya.

Pertama saya diperkenalkan dan memperkenalkan diri ke beberapa jamaahnya. "Ini Taro, Mualaf sepuluh bulan yang lalu. Dia bekas penginjil dan pernah berhasil memurtadkan beberapa orang islam(terakhir saya tahu ada beberapa orang Aceh yang berhasil dimurtadkannya dulu). Kini dia kembali kepada Islam atas kesadaran sendiri dan menjadi Muslim yang taat, bahkan dia telah menarik beberapa orang lagi menjadi mualaf(Orang Islam baru) salah satunya sebuah keluarga dengan berapa orang anak,2 orang temannya yang dulu sekolah di sekolah yang berbau agama lamanya" beber seorang tuan seh bernama Abu Daud.

Oleh seorang Tuan Syeh yang belakangan saya ketahui bernama Sugeng pundak saya ditepuk seraya beliau bertanya "Kok bingung?, ada yang dipikirkan?" lantas saya jawab "Banyak sekali". "Nanti temui saya" katanya sambil berlalu.

Malamnya sehabis shalat isya dan takbir sebentar setelah zakat fitrah dibagikan masjid kembali sepi, seseorang tadi saya lihat menerima zakat malu-malu di depan pintu masjid. "Roy, kemari, masuk aja jangan sungkan" teriak seorang Tuan Syeh yang lain memanggilnya. "Ini Roy, mualaf sebulan yang lalu, beberapa hari sebelum Ramadhan" Tuan Syeh yang lain lagi memperkenalkannya kepada saya.

"Dek, siapa namanya, ayo ke atas" Tanya tuan Sugeng sambil mengajak untuk naik ke lantai 2 (bukan di balkon tempat shalat, tapi ada sebuah dipan yang setinggi lantai 2 seperti serambi dari tempat mereka kos), lantas saya menjawab sambil mengikutinya. Sampai diatas beliau bertanya nama saya lagi, dan seperti terpejam bertanya "Apa masalahmu?, mohon ceritakan", pintanya.

Menurut beliau banyak sekali energi-energi negatif yang mengganggu cakra-cakra di tubuh saya. Beliau menawarkan untuk dinetralkan, terutama emosi saya yang sangat besar perlu untuk dikecilkan, katanya. Dengan gerakan-gerakan seperti di sitetron-sinetron laga beliau mulai prosesi penetralan dan membuang energi-energi negatif yang mengitari aura saya. Setelah proses mengecilkan volume emosi, beliau dibantu seorang Tuan Syeh yang lain menambahkan energi positif untuk mencegah kembalinya energi negatif yang telah dibuang, Seperti tenaga dalam lah menurut saya, tapi beliau hanya memberikan Trial Versionnya, 40 hari saja. Setelah 40 hari nanti hanya tinggal registrynya saja, sehingga beliau bisa mengisinya sekalipun dari jarak jauh setelah masa trial habis. Usai prosesi migrain di kepala pun berangsur hilang dan emosi lebih terkendali.

Setelah makan lontong dengan kuah sate kacang dan bebersih masjid, beberapa orang termasuk saya terpaksa tidur di masjidnya, bukan di kamar kos, karena lampu padam. keteplak-keteplok, saya tak bisa tidur karena nyamuknya buanyak sekali. Seseorang menyodorkan sebotol anti nyamuk oles untuk saya pakai. Dalam remang-reang lampu batre saya lihat Roy juga tidur bersama kami di masjid.

Usai shalat subuh saya mengikuti musyawarah tuan-tuan syeh, rupanya mereka habis mengumpulkan uang untuk biaya perobatan seorang teman mereka yang menderita penyakit paru-paru. Semua orang yang hadir diberikan kesempatan untuk berbicara secara berganatian, berkeliling digilir 2 kali untuk berbicara sampai tidak ada lagi yang hendak disampaikan. Seorang tuan syeh yang baru pulang dari Pakistan/India(saya kurang jelas mendengarnya) mengeluarkan beberapa lembar uang dan melaporkan biaya tersebut mempunyai sisa, dan meminta usul agar sisa tersebut diberikan kepada siapa, seorang tuan syeh yang lain memberikan masukan agar Sebagian diberikan kepada seorang mualaf, yang baru sembuh dari khitan, si Roy pun tersenyum senang mendengarnya.

Hujan barusan menghapus kabut asap yang tebal sehingga matahari mulai terlihat bulat kemerahan dan beranjak naik perlahan pertanda hari semakin siang. Saya diajak ke rumah kos seorang jamaah, Tengku Lukman. Kami bersilaturahmi ke rumah seorang tetangganya yang kebetulan tidak pulang kampung. Usai bertamu kami kembali ke rumah kos Tengku Lukman, kebetulan keluarga tempat beliau kos siap-siap mudik untuk bersilaturahmi juga ke kampung halaman. Sambil nonton beberapa CD pembuktian sebuah produk pertanian yang dijual secara MLM, kami kedatangan sepasang tamu abang kakak yang tanpa salam. :) cerita ngalor-ngidul ternyata mereka orang sibolga, dekat dengan kampung saya, sang abang pun bertanya "apakah kita bisa bicara dengan bahasa kita?" saya jawab saja bisa. ya walaupun ada beberapa perbedaan antara bahasa sibolga yang menggunakan bahasa batak toba dan Batangtoru yang menggunakan bahasa angkola namun kami saling mengerti apa maksudnya. Kombur pun nyambung dengan bahasa masing masing, sang tengku pun tertawa tanda tak mengerti karena tak diajak bicara, bahasa pun kami stel lagi ke bahasa Indonesia. karena setiap orang dari kami ternyata berlainan suku:), dan ternyata lagi sang abang kakak tadi pun ternyat bukanlah muslim, tapi keakraban tetap terasa.

Bersama tuan syeh Abu Daud, Amar, Taro dan saya berangkat lagi silaturahmu ke rumah seorang keluarga mualaf beberapa tahun lalu, setelah saling memperkenalkan diri ternyata mereka saudara dari salah satu kenalan Taro, disitu hadir juga saudara dari empunya rumah yang ternyata juga bukan muslim. tak berapa lama datang lagi keluarga dari saudara yang empunya rumah dengan tanpa sungkan sepotong kalimat tertangkap telinga saya ..."sudah dikuburkan, mau dioakan besok, jadi kami menjempu babi dulu...", Oo, dalam hatri saya, berarti ini bukan muslim juga. tapi keakraban pun tetap terjalin cerita kesana kemari pun terjadi, topik utama masih seputar cerita-cerita mualaf, dan ternyata mereka hendak membetuk pengajian(perkumpulan) untuk belajar bersama mendalami islam sesama mualaf. Hebat, Subahanalloh, mereka sangat terkesan dengan kuputusan Taro
meninggalkan agama lamanya, walaupun itu adalah agama mereka sekarang. Terlagi Taro yang telah terlatih sebagai penginjil menjadi daya tarik tersendiri bagi mereka, seolah saya bisa mendengar isi hati mereka yang sangat ingin juga memeluk islam, melihat dari tatapan dan pancaran wajah mereka mendengarkan Taro bercerita.

Mungkin sampai disini dulu kisah perjalanan saya kali ini. Kesan yang saya dapatkan, Mengapa saya yang dilahirkan muslim, tidak bisa setaat mereka yang ternyata belum sampai setahun memeluk islam? Apalagi melihat keberhasilan mereka yang bisa menjadi panutan teman-teman seagama lamanya untuk meraih hidayah Allah kembali kepada kebenaran, Islam. Sambung menyambung dengan tegar dan semangat menyampaikan pesan kebenaran Islam. Taro hanyalah sebagian dari mereka yang menjadi mualaf dan berhasil mengajak banyak orang untuk mengikutinya. Mungkin kalau waktu masih mengijinkan, saya akan diajak lagi bersilaturahmi dalam rangka idul fitri ke saudara-saudara baru, mualaf-mualaf yang telah banyak bergabung dengan jamaah ini.

6 comments:

  1. adong can bah, 512/ 1 mb masetuju boss, minimal gari 5 warnet bah subisa tartutupi bulananna, biado

    ReplyDelete
  2. Selamat jalan Boss... aku mendoakan semoga apa yang selama ini dicari dapat ditemukan... raih asa yang ada di benakmu saat ini :d andai aku bisa mengejarmu kesana :d aku juga dah bosan dengan peliknya romantika kehidupan ini... tapi aku nggak bisa.. jangan lupa... hubungi kita yang ada disini... peace (m@h@d3w! cybernet)

    ReplyDelete
  3. Anonymous said...

    adong can bah, 512/ 1 mb masetuju boss, minimal gari 5 warnet bah subisa tartutupi bulananna, biado

    30/10/06 00:01

    ==============

    aha dei kawan... bisa hu boto... anggo bisa tolong hubungi au di mahadewi cybernet.. depan umts... an. Lokot matogu... thx

    ReplyDelete
  4. Insya Allah, selesai dalam negeri 4 bulan, 4 bulan atau 8 bulan ke IPB(India Pakistan Bangladesh) dilanjutkan lagi ke Amerika.

    Insya Allah.

    kenapa nggak bisa? kita semua punya potensi.

    ReplyDelete
  5. Anonymous12/2/07 00:54

    hallo lae, siahaan ini. ah mo nanya voip lae udah pergi. selamat berjuang untuk keyakinan. agama bukan masalah buat aku pribadi.selamaat berjuang lae. horassss

    ReplyDelete
  6. kita sebagai hamba Allah dimuka bumi ini hanya mampu menengadah dan mengharapkan qodar yang baik dan termasuk golongan yang beruntung didunia sampai dengan akheraT.... amin... salam

    ReplyDelete