27 October 2006

Ke Markaz

Tanggal 27 Oktober 2006, usai dzuhur dan makan dengan gulai telor yang di masak oleh Umar Muslim dan Udin saya dan Umar berangkat ke Markaz(sebuah masjid juga) yang berjarak sekitar 5Km dari masjid kami tinggal.

Sesaimapai di sana saya benar-benar terheran-heran melihat banyak hal yang belum pernah saya lihat sebelumnya. Orang-orang dengan menggunakan sorban dan pakaian panjang-panjang(ternyata nama pakaiannya Gamis dan ada juga yang jubah) tua dan muda, yang tua-tua semuanya berjenggot, wiks dalam hati saya malu, sendirian nggak berjenggot untuk orang seumuran saya(memang belum tumbuh dari sononya, masih bulu kalong). sandal beratus di depan teras masjid, dalam hati saya apa nggak ketuker ini nanti, kalau hilang sih sepertinya nggak mungkin soalnya saya tiap menitnya bergantian terus datang dan pergi, ratusan orang. di depan markaz(masjid tadi) ada beberapa orang berjualan, berjualan berbagai macam keperluan jamaah. saya coba melihat-lihat dan menanyakan harganya, ternyata harganya termasuk miring. Seorang penjual minyak wangi meminta izin untuk menyemprotkan minyak wangi ke baju saya. Dalam hati, wah, "nggak beli saja kebagian wanginya, hanya mendekat saja". Saya nggak jadi beli, hanya tanya-tanya saja. maklum lah, iman yang tipis ini, kurang percaya ama rejeki dari Allah, padahal kalau dibeli pun mungkin ada lagi gantinya.

Setelah cukup puas mendengar penjual menjelas-jelaskan harga dan mempersilahkan saya untuk mencoba pakaian yang saya sangat ingin sekali memilikinya itu, terdengar seseorang memanggilku, ternyata Umar. "Ayo kang, masuk ada bayan" ajaknya, dalama hari saya " apa... ini bayan", saya ikuti saja, "wudhu dulu baru masuk" ajaknya lagi. Selesai wudhu saya masuk, saya lihat ke dalam masjid, wah rapat bener itu orang sampe penuh masjidnya, saya pandang ke luar masjid ternyata di luar saja masih banyak. Ternyata bayan ini seperti ceramah lah, tapi yang ceramah nggak kayak ustad, bahasanya kayak preman, nggak ada lembutnya, tapi sopan. Dari orang sebelah tempat saya duduk saya dengar ternyata ini mantan preman yang sudah tobat dan kini ikut jamaah.

Selesai bayan tadi adzan dikumandangkan, serempak jamaah berdiri mencari posisi, wah rapat sekali, saya pandang ke shaf belakang, penuh, di luar juga penuh. usai sholat ashar ada pembacaan buku fadhilah amal, jamaah kembali merapat ke depan, duduk dan mendengarkan dengan seriusnya. Usai membaca fadhilah amal ada lagi seperti bayan tadi, tapi namanya lain, yang ini kalau nggak salah ingat namanya ta'lim.

Nggak terasa sudah masuk waktu magrib, dan adzan magrib dikumandangkan, beberapa orang di luar duduk melingkar 4, 5 atau 6 orang duduk mengelilingi senampan makanan. Ooo ternyata mereka berbuka puasa syawal 6 hari. Usai sholat magrib, di tengah padatnya jamaah, sholat sunat ba'da magrib pun cuma bisa tukar tempat saja, nggak bisa seperti di masjid lain yang bisa pindah tempat sesuka hati. ini betul-betul padat. Bayan lagi sampai masuk isya. usai Isa ada lagi bayannya. heran nggak ada sepinya.

Maksud Umar tadi mengajak saya ikut "Keluar" ini malam karena saya penasaran terus dengan jamaah mereka, tapi nggak jadi karena sudah terlalu malam dan kendaraan sudah tidak ada. Saya lihat beberapa orang membawa nampan berisi nasi yang banyak dengan sebutir telur rebus, beberapa potong daging dan kentang, nasinya berkuah. Lalau menghantarkannya ke orang yang duduk berkeliling dengan cangkir plastik berisi air setengah, lalu mereka makan bersama. Melihat makan bersama seperti itu perut saya jadi keroncongan juga. Sesorang bertanya kepada saya, "mau makan? saya cari teman nih biar sama makannya." Saya panggil Umar dan setelah rembuk dan kumpul uang Rp. 1.000,- per orang, semuanya 6 orang. Lalu kami pun makan bersama, saya lihat sekeliling ternyata semuanya makan dengan piring besar(nampan) bersama-sama.

Karena tidak jadi berangkat, kami bermalam di masjid, saya masuk dan meletakkan tas sedang Umar saya lihat tidur di luar. Seseorang bertanya kepada saya, "mau disini pak?" tanyanya sambil menunjul lantai pijakan kaki saya, saya jawab iya saja. Pukul 4 pagi saya sudah bangun dan sholat tahajjud kemudian subuh. Usai subuh ada bayan lagi.

Wah ternyata bener ini masjid 24 jam nggak ada sepinya. padahal setiap usai sholat ada yang harus berangkat keluar, mereka ini berombong-rombongan, setiap rombongan rata-rata sepuluh orang. Mereka menyebar ke seluruh penjuru dunia, ada yang dekat, ada yang antar kabupaten, propinsi dan bahkan negara. Setiap di akhir bayan pasti ada seperti lelang, tapi bukan seperti lelang biasa. China!!, china!!, 2000 dollar saja pak, Thailand!! thailand!!, 7 juta saja, IPB, IPB siapa yang mau IPB!? dalam hati saya "apa ini IPB?" lalu saya tanya umar apa itu IPB, ternyata India Pakistan Bangladesh. Yang mau keluar 40 hari, 4 bulan silahkan daftarkan namanya, burrrrr.... pasti banyak yang berdiri dan menghampiri tukang catat di belakang. Tapi masjid tidak pernah sepi, selalu penuh, di luar juga ramai, sebagian besarnya bersorban seperti pangeran diponegoro saja. iya bener kek di tipi-tipi aja.

Pukul 10 Kami pun berangkat bersama umar, diantar oleh seorang penunjuk jalan yang disebut Dalil untuk di gabungkan oleh jamaah lain yang sedang "Keluar" 4 bulan di sebuah dengan yang berjarak kira-kira 7 KM dari Markaz. nggak jauh sih, cuma jalannya itu rusak berat. dan ternyata walau dekat sebuah ibu kota propinsi daerah pemukimannya seperti di kampung transmigrasi saja.

No comments:

Post a Comment